Telah kami sebutkan di muka sejumlah hadits shahih yang menunjukkan secara qath'i akan munculnya Al-Mahdi pada akhir zaman sebagai juru damai dan pemimpin yang adil, dan telah kami kutip pula sejumlah perkataan ulama yang menetapkan kemutawatiran hadits-hadits tentang Al-Mahdi, serta telah kami sebutkan pula beberapa buah kitab yang disusun para ulama yang membicarakan masalah Al-Mahdi secara khusus.
Tetapi sayang masih ada sejumlah penulis pada zaman ini yang mengingkari kedatangan Al-Mahdi dan mengatakan bahwa hadits-hadits tentang Al-Mahdi itu tanaqudh (bertentangan satu sama lain) dan batil, dan Al-Mahdi itu hanyalah cerita fiksi ciptaan kaum Syi'ah kemudian dimasukkan dalam kitab-kitab Ahlus Sunnah.
Sebagian penulis itu terpengaruh oleh pendha'ifan sejarawan Ibnu Khaldun terhadap hadits-hadits Al-Mahdi, padahal Ibnu Khaldun sendiri tidak termasuk pakar dalam lapangan ini yang layak diterima pengesahan dan pendha'ifannya. Dalam hal ini, setelah mengemukakan banyak hadits mengenai Al-Mahdi dan mencela banyak sanadnya, beliau berkata, "Inilah sejumlah hadits yang diriwayatkan para Imam me¬ngenai Al-Mahdi dan kedatangannya pada akhir zaman; sedangkan hadits-hadits itu sebagaimana yang saya ketahui tidak lepas dari kritik kecuali hanya sedikit atau sangat sedikit." (Muqaddimah Tarikh Ibnu Khaldun 1: 574).
Perkataan Ibnu Khaldun di atas menunjukkan bahwa masih ada beberapa hadits yang selamat dari kritiknya. Maka kami katakan bahwa seandainya ada sebuah hadits saja yang shahih, niscaya hal itu sudah cukup menjadi hujjah mengenai Al-Mahdi ini. Nah betapa lagi dengan hadits-haditsnya yang shahih dan mutawatir ini?
Dalam menyanggah pendapat Ibnu Khaldun, Syekh Ahmad Syakir mengata¬kan, "Ibnu Khaldun tidak memahami dengan baik istilah ahli hadits: "Al-Jarhu menqadamu 'ala at-Ta'diili." (Celaan itu didahulukan daripada pujian).
Kalau dia mau menganalisis dan memahami dengan baik istilah tersebut niscaya dia tidak akan berkata begitu. Tetapi boleh jadi dia telah membaca dan memahaminya, namun dia ingin melemahkan hadits-hadits tentang Al-Mahdi karena visi politik pada waktu itu." (ta'liq Ahmad Syakir atas Musnad Imam Ahmad 5: 197-198).
Kemudian beliau menjelaskan bahwa apa yang ditulis Ibnu Khaldun dalam pasal ini (tentang al-Mahdi) penuh dengan kesalahan mengenai nama-nama perawinya dan pengutipan cacat-cacatnya. Dan beliau beralasan bahwa hal itu mungkin disebabkan dari sikap orang-orang yang me nasakh dan kelalaian para pen tashhih. Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar