7. Al A'raaf : 187

Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba." Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."

Rabu, 26 Mei 2010

Bab I Tanda-tanda Kiamat Sughro ( Kecil )

Lenyapnya Amanah

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
"Apabila amanat telah disia-siakan, maka tunggulah kedatangan hari kiamat." Abu Hurairah bertanya, "Bagaimana menyia-nyiakannya itu, wahai Rasulul¬lah ?" Beliau menjawab, "Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah datangnya hari kiamat." ( Shahih Bukhari, Kitab Ar-Riqaq, Bab Raf’il Amanah 11: 333 ).
Nabi saw menjelaskan bagaimana amanat itu dihilangkan dari hati manusia, hingga tinggal bekas-bekasnya saja.

Hudzaifah ra meriwayatkan, katanya: "Rasulullah saw menyampaikan kepadaku dua buah hadits, yang satu telah saya ketahui dan yang satu masih saya tunggu. Beliau bersabda kepada kami bahwa amanat itu diturunkan di lubuk hati manusia, lalu mereka mengetahuinya dari Al-Qur'an, kemudian mereka ketahui dari As-Sunnah. Dan beliau juga menyampaikan kepada kami tentang akan hilangnya amanat itu, sabdanya:
"Seseorang tidur, lantas amanat dicabut dari hatinya hingga tinggal bekasnya seperti bekas titik-titik yang berwarna. Lalu ia tidur lagi, kemudian amanat itu dicabut lagi hingga tinggal bekasnya seperti bekas yang terdapat pada telapak tangan karena digunakan bekerja, seperti bara api yang engkau gelintirkan di kakimu, lantas melepuh tetapi tidak berisi apa-apa. Kemudian mereka melakukan jual beli atau transaksi-transaksi, tetapi hampir tidak ada lagi orang yang menunaikan amanat. Maka orang-orang pun berkata, 'Sesungguhnya di kalangan Bani Fulan terdapat orang kepercayaan ( yang dapat dipercaya ).' Dan adapula yang mengatakan kepada seseorang, 'Alangkah pandainya, alangkah cerdasnya, alangkah tabahnya,' padahal dalam hatinya tidak ada iman sama sekali meskipun hanya seberat biji sawi. Sungguh akan datang padaku suatu zaman dan aku tidak memperdulikan lagi siapa di antara kamu yang aku bai 'at. Jika ia orang muslim, hendaklah dikembalikan kepada Islam yang sebenarnya; dan jika ia seorang Nasrani maka ia akan dikembalikan kepadaku oleh orang-orang yang mengusahakannya. Adapun pada hari ini maka aku tidak membai'at kecuali kepada si Fulan dan si Fulan." ( Shahih Bukhari, Kitab Ar- Riqaq, Bab Raf’il Amanah 11:333, dan Kitab Al-Fitan, Bab Idza Baqiya Fi Khutsalatin Min An-Nasi 13: 38 ).
Dalam hadits ini dijelaskan bahwa amanat akan dihapuskan dari hati sehingga manusia menjadi pengkhianat setelah sebelumnya menjadi orang yang dapat diper¬caya. Hal ini terjadi pada orang yang telah hilang perasaan takutnya kepada Allah, lemah imannya, dan biasa bergaul dengan orang-orang yang suka berbuat khianat se¬hingga ia sendiri menjadi pengkhianat, seorang teman itu akan mengikuti yang ditemani.


Di antara gambaran hilangnya amanat itu ialah diserahkannya urusan orang banyak seperti urusan kepemimpinan, kekkhalifahan, jabatan, peradilan, dan sebagainya kepada orang-orang yang bukan ahlinya yang tidak mampu melaksanakan dan memeliharanya dengan baik. Sebab menyerahkan urusan tersebut kepada yang bukan ahlinya berarti menyia-nyiakan hak orang banyak, mengabaikan kemaslahatan mere¬ka, menimbulkan sakit hati, dan dapat menyulut fitnah di antara mereka. ( Vide: Qabasat Min Hadyi Ar-Rasul Al-A'zham Saw Fi Al-Aqa'id, halaman 66 karya Ali Asy-Syarbaji, cetakan pertama, 1398 H, terbitan Darul Qalam, Damsyiq ).

Apabila orang yang memegang urusan orang banyak ini menyia-nyiakan ama¬nat, maka orang lain akan mengikuti saja segala kebijaksanaannya. Dengan demikian mereka akan sama saja dengannya dalam mengabaikan amanat, maka kemaslahatan ( kebaikan ) pemimpin atau penguasa merupakan kebaikan bagi rakyat, dan keburukannya merupakan keburukan bagi rakyat. Selanjutnya, menyerahkan urusan kepada orang yang bukan ahlinya merupakan bukti nyata yang menunjukkan tidak adanya kepedulian manusia terhadap Din/ Agama mereka sehingga mereka menyerahkan urusan mereka kepada orang yang tidak memperhatikan Din-nya. Hal ini terjadi apabila kejahilan telah merajalela dan ilmu ( tentang Ad-Din ) sudah hilang. Karena itulah Imam Bukhari menyebutkan hadits Abu Hurairah terdahulu itu dalam kitab Al-Ilm sebagai isyarat terhadap hal ini.

Ibnu Hajar berkata, "Kesesuaian matan ( masalah akan lenyapnya amanat ) ini dengan ilmu hingga ditempatkan dalam kitab Al-Ilm ialah bahwa menyandarkan urusan kepada yang bukan ahlinya itu hanya terjadi ketika kebodohan telah merajalela dan ilmu ( tentang Ad-Din ) telah hilang. Dan ini termasuk salah satu pertanda telah dekatnya hari kiamat." ( Vide: Qabasat Min Hadyi Ar-Rasul Al-A'zham Saw Fi Al-'Aqaid, halaman 66 oleh Ali Asy-Syarbaji, cetakan pertama, 1398 H, terbitan Darul Qalam, Damsyiq ).

Dan Nabi saw telah memberitahukan bahwa kelak akan datang tahun-tahun yang penuh tipu daya dan keadaan menjadi terbalik. Yaitu orang yang benar didustakan dan orang yang suka berdusta dibenarkan, orang yang dipercaya berkhianat, dan pengkhianat diberi amanat, sebagaimana akan dibicarakan haditsnya dalam pembahasan mengenai "Di antara tanda-tanda hari kiamat ialah dimuliakannya orang-orang yang rendah dan hina ( dari segi Ad-Din dan akhlaknya )."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

What Does This Blog Talk? Blog ini Bicara Tentang...

Blog ini dengan bangga akan memberikan informasi dan berbagi cerita tentang Tanda - tanda hari Kiamat, sebagaimana yang telah terkabarkan di dalam Al Qur'an dan hadits Rasulullah saw. Semoga bermanfaat.

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Romantico by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP